Traveling ke Finlandia ini sudah direncanakan sebelum pandemi covid19. Traveling yang diharapkan menjadi sangat berarti bagi sekolah. Seperti halnya ketika kami berkunjung ke Sirius School di Australia, Yayasan Ar Raihan Lampung Cerdas mengadaptasi beberapa kebijakan yang diperoleh dari sana; di antaranya adalah peningkatan sistem smart classroom. Melihat reputasi sistem pendidikan Finlandia maka tidak heran kalau Yayasan ingin menimba ilmu ke negeri seribu danau itu.

Sayangnya, rencana itu tak berjalan lancar. Kita semua tahu penyebabnya: pandemi covid19. Pandemi ini telah mengguncang pola kehidupan kita. Terjadi kenormalan baru, pembatasan aktivitas di mana-mana, mulai dari keharusan mengenakan masker hingga social distancing. Sekolah sebagai tempat titik kumpul massa menjadi bulan-bulanan kebijakan pemerintah. Meskipun kemudian kita jadi mengenal pembelajaran daring yang menyebalkan. Setiap negara pun memiliki kebijakan masing-masing dalam penanganan pandemi covid19. Mulai vaksinasi hingga karantina empat belas hari. Dengan kondisi seperti ini, jelas tidak mungkin melakukan kunjungan sekolah di Finlandia.

Helsinki

Sesi diskusi bersama membincangkan pendidikan.

Hingga kemudian pintu tourism dan pariwisata kembali dibuka. Rencana yang lama tertunda itu pun segera dieksekusi. Tujuh anggota Manajemen Ar Raihan pada akhirnya berangkat ke Finlandia.

Banyak peristiwa yang ingin saya kenang melalui tulisan ini. Mungkin akan ada postingan lanjutan. Dan untuk kali ini, saya ingin berbagi tentang kegiatan kami di Helsinki, Finlandia.

Awalnya, kami akan bertemu dengan praktisi pendidikan di Finlandia. Kami mendapatkan sponsor dari EduExcellence. Ya, melaksanakan eduvisit ke sekolah-sekolah di Finlandia tidak semudah yang kami lakukan ketika berkunjung sekolah Malaysia, Singapura, Australia, bahkan di Turki. Kegiatan seperti ini memerlukan sponsor yang dapat menjembatani eduvisit ini. Sebab sekolah pun tidak dengan mudah menerima kunjungan dari sekolah lain, khususnya yang berasal dari luar Finlandia. (FYI: Ada tarif standar untuk kegiatan eduvisit di Finlandia sebesar 1200 euro). Terlebih lagi, saat pengajuan visa ke VFS Global, kami mencantumkan ‘kunjungan sekolah’ sebagai tujuan kami ke Finlandia.

Alih-alih mendapatkan kemudahan karena demi kegiatan pendidikan, kami menerima surat dari kedutaan Finlandia untuk melengkapi berkas pengajuan visa, yakni surat balasan kesediaan sekolah setempat dan itinerary kegiatan selama di Finlandia. Di sinilah titik balik kealpaan kami terkait dengan kegiatan eduvisit ini. Hingga kemudian kami bertemu dengan Imanuel Sein dari EduExcellence. Kami memanggilnya pak Iman.

EduExcellence kemudian mensponsori kunjungan kami, mengatur beberapa kegiatan selama tiga hari: menemui praktisi pendidikan, berkunjung ke sekolah Jakomäen Sydän dan perpustakaan Entresse di kota Espoo, kemudian bertamu ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Finlandia. Semangat kunjungan itu semakin menjadi-jadi ketika pak Iman memberi bocoran bahwa rombongan Ar Raihan akan bertemu dengan ibu  Dr. Ratih D. Adiputri, penulis buku “Sistem Pendidikan Finlandia, Catatan dan Pengalaman Seorang Ibu” . Ia berasal dari Lampung dan menetap di Finlandia sejak 2009 silam.

Agenda pertemuan sharing session akan dilaksanakan di perpustakaan Entresse di Espoo. Di sana ibu Ratih akan ditemani ibu Yunita, M.Pd. Saya merasakan euforia. Ya, bertemu dengan orang Lampung sebagai praktisi di kampus ternama di Finlandia dan mengunjungi perpustakaan dengan koleksi buku yang bejibun.

Namun, semua angan dan euforia itu sirna. Peristiwa luar biasa di depan mata hingga akhirnya pemberangkatan kami tertunda, dan semua rencana kunjungan itu pun jadi berantakan. Saya ingin ceritakan di kesempatan yang lain. Singkatnya, pada malam itu kami kembali ke rumah, ke Bekasi, menata ulang perjalanan, membeli tiket ulang, dan akhirnya, sangat disesalkan, kami hanya menyisakan waktu satu hari di Helsinki.

Kam pun tidak putus komunikasi dengan sponsor kami, EduExcellence, untuk melakukan penataan ulang kegiatan semua kegiatan. Kami semua berdoa, berharap cemas, semoga tidak ada halangan lagi sehingga kami tetap bisa berangkat ke Finlandia. Ibu Ratih pun tidak kalah semangat. Ia mengubah jadwal kegiatannya lalu menuju ke Helsinki bukan ke Espoo, lalu menginap di hotel yang sama dengan kami untuk memudahkan koordinasi. Hingga pertemuan tetap bisa dilaksanakan. Meskipun demikian sangat disayangkan, kunjungan ke perpustakaan Entresse di Espoo dan ke KBRI untuk Finlandia terpaksa dibatalkan. Sebagai gantinya, kami akan bertemu dengan ibu Ratih dan Mas Prima, ketua PPI untuk Finlandia.