Di Pare saya kembali belajar bahasa Inggris. Satu bulan lamanya. Tata Bahasa yang berantakan tak karuan dirapikan. Kosa kata yang lama terpendam digali kembali. Di banding teman-teman sekelas—padahal aslinya murid-murid saya sendiri di sekolah—bahasa Inggris saya sangat gelepotan. Duh, Gusti.
Aktifitas belajar yang menyenangkan me-recall bahasa Inggris saya yang lama sekali tak terpakai. Tak sesulit pertama kali belajar dan saat mengikuti kursus bahasa Inggris di Bandarlampung dulu, materi tata gramatika dan kosa-kosa kata satu persatu bermunculan.
Beruntung sekali saya mendampingi anak didik saya home stay di Pare. Di Pare ya, bukan Pare-Pare.
Tapi mengapa ke Pare? Banyak alasan dan tentu saja secara institusi saya tidak bisa beberkan di sini. Pastinya, Kampung Inggris Pare memiliki atmosfir dan daya tariknya tersendiri. Saya tak dapatkan di Bandarlampung. Di warung-warung, di jalan dan gang, di tempat cangkrukan, di mana-mana sangat lumrah untuk beringgris-inggris ria. Bahkan, menurutku nih ya, ngalah-ngalahi Jurusan Bahasa Inggris di Universitas Lampung.
Barangkali karena se-Tulungrejo ini dipenuhi lembaga-lembaga kursus bahasa Inggris. Ada yang konsen grammatical, reading, speaking, public speaking, journalism, dan lainnya. Pelajarnya pun dari anak-anak sampai orangtua. Maka wajarlah kalau Kampung Inggris tersemat pada Tunggulrejo, Pare.
Sekali lagi, saya belajar di Pare ini karena aji mumpung. Ini keberuntungan buat saya. Mumpung mendampingi Home Stay cah-cah kelas 10. Sekolah saya—maksudku tempat saya mengajar—, SMA IT At Raihan, punya program tahunan untuk mengisi libur semester ganjil selama sebulan. Setelah ujian akhir semester selesai. Seluruh anak didik kelas X di dampingi beberapa guru.
Mengapa harus ikut Home Stay di Kampung Inggris Pare?
Tahun pelajaran yang lalu, kami melakukan survey sekali dijadikan bahan evaluasi. Di antara kuisener di dalamnya adalah alasan anak didik mengikuti Home Stay ini. Ternyata, ada jawaban yang cukup menarik perhatian. Mereka ingin menghabiskan liburan, khususnya malam tahun baru, di sana.
Padahal selain keinginan liburan, ada hal menarik yang seharusnya menjadi alasan mengikuti Home Stay.
Alasan Pertama: Belajar Bahasa Inggris
Tentu saja niat terbesar home stay adalah untuk belajar bahasa Inggris. Yang belum bisa supaya bisa. Yang sudah bisa supaya lebih menguasai. Yang belum lancar berbicara supaya lebih lancar lagi.
Karena untuk melaksanakan Home Stay ini menghabiskan banyak biaya kan sangat disayangkan kalau kemampuan bahasa Inggrisnya tidak ada peningkatan. Dan kalau memang benar-benar tidak ada peningkatan, duh sungguh benar-benar menjadi orang yang merugi.
Coba deh diangan-angan kembali. Setiap hari pembelajaran dilaksanakan sebanyak lima kali. Dua kali di dorm, biasanya kami menyebutnya study club, dan tiga kali di kantor, biasanya kami menyebutnya main course. Batu yang ditetesi air aja bisa berlubang, masak ya kepala yang digembleng selama sebulan gak nyantol?
Alasan Kedua: Belajar Keberagaman
Tema kebhinekaan sudah tak asing bagi kami. Lampung sebagai pintu gerbang Sumatera menjadi ibu bagi para pendatang. Tak hanya etnis Lampung, wikipedia menyebutkan bahwa Bandarlampung didiami oleh beragam etnis seperti Jawa, Bali, Tionghoa, Padang, Palembang, dan lain sebagainya.
Rasanya, pelajaran keberagaman ini tidak cukup di rumah sendiri. Pare sebagai magnet balajar Bahasa Inggris berhasil menarik peminat dari penjuru negeri. Di Kunci Inggris Pare (KIP) saja sudah cukup beragam. Ada yang Sunda, Madura dan Sulawesi.
Alasan Ketiga: Belajar Kemandirian dan Kedisiplinan
Karena tidak semua hal harus diselesaikan dengan uang maka kita perlu membekali diri dengan kemandirian dan kedisiplinan. Kalau tekad ini tidak ada maka tidak heran kalau satu bulan ikut program home stay tidak mendapat progres yang baik.
Pukul 05.30 ada study club. Sebelum Zuhur ada dua main course dan satu lagi setelah Ashar. Pukul 19.30 kembali ada study club. Maka, setiap peserta memang dituntut untuk mandiri mengurus keperluan pribadi dan di sisi lain tetap disiplin mengikuti jadwal.
Alasan Keempat: Rekreasi Penting tapi bukan yang utama
Mengingat Kampung Inggris Pare dengan dengan beberapa tempat wisata tidak salah pula kalau mengagendakan salah satu waktu libur untuk berkunjung ke sana.
Malang adalah tujuan favorit. Selain ada Jatim Park, Malang memiliki pantai yang indah. Selain itu, bisa juga mendatangi Bromo dan Kelud. Atau wisata situs purba ke Candi Penataran sekaligus mampir ke Makam Bung Karno.
Tapi perlu diingat. Ini bukan tujuan utama. Jadi jangan sampai melalaikan tujuan utama datang ke Kampung Inggris.
Tips Sebelum ikut Home Stay di Kampung Inggris Pare
Setelah beberapa kali ikut kegiatan Home Stay Ar Raihan, saya memberanikan diri memberi tips mengikuti kegiatan Home Stay di Kampung Inggris Pare.
Tips Pertama: Biaya hidup murah belum tentu kamu jadi manusia irit
Hahaha… memang begitu adanya. Biaya hidup di Kampung Inggris memang murah. Tentu saja dibandingkan dengan biaya hidup di Bandarlampung. Biaya fashion dan gengsi tak semahal di Bandarlampung, apalagi menyoal biaya makan. Bakso Sony Sonhaji dibandrol 15 ribu, di Pare kita bisa beli dua mangkok bakso.
Tapi, yang apa-apa murah ini justru menggoda mata dan perut. Maka tak heran kalau tiba-tiba dompet sudah tipis, digit angka di tabungan sudah berkurang, Parecholic dan café-café tak pernah sepi.
Pesan saya, pintar-pintarlah menjaga mata dan perut.
Tips Kedua: Jangan lupakam Longhmen dan Oxford
Karena tujuannya mengikuti Home Stay adalah belajar bahasa Inggris maka jangan pernah lupa membawa kamus. Jangan lupa menginstal program kamus. Kamu yang suka manual, nenteng kamus kesana-kemari ya tidak apa-apa. Atau yang tidak mau ribet tak ada salahnya juga menginstal kamus di gawai.
Silahkan cari di Appstore dan Playstore melalui gawaimu dan instal sekarang juga.
Tips Ketiga: Di era digital buku tulis tetap penting. Percayalah!
Mencatat memang kurang diminati. Apalagi saat ini setelah gawai yang kita miliki cukup canggih untuk cekrak cekrek atau merekam kegiatan. Tapi yakinlah, dalam rangka belajar mencatat di buku tulis ada cara yang sangat efektif untuk menanam.
Foto dan video bagus untuk mengingat tapi kurang efektif untuk menanam. Maksud saya adalah menanam dalam ingatan. Kecuali kalau kamu masih tekun membaca dan menyimak apa yang kamu dapat di kelas.
Tips Keempat: Aku bisa karena terbiasa
Semua orang yang datang ke Kampung Inggris Pare memiliki rasa yang sama, ingin belajar bahasa Inggris. Jadi, tidak usah malu-malu untuk praktik dan nyerocos bahasa Inggris. Sementara waktu tak usah hiraukan gramatikal.
Coba perhatikan orang-orang di sekitar, di kantin, café, jalan, dan tempat lainnya, mereka tak malu-malu berbicara bahasa Inggris. Kalau mau nyempetin koreksi gramatikal mereka ternyata juga banyak kesalahan. Tapi poin plusnya mereka tetap berbahasa Inggris. Lalu, kenapa kamu tidak?!
Selamat mencoba.
Good. Better. Best. Gungho!!!
temen sha ada yang lulus sma belajar di sini setaun. sekarang jago banget bahasa inggris :D
Wajar banget. Temen sekelas ada yang bener2 gak bisa. Dua bulan di sana dapat progres yang baik. Meningkat banget.