By |Published On: October 28th, 2021|0 Comments on Maulid Nabi dan Hari Bulan Bahasa|Views: 810|

Saya mengaitkan dua hal di bulan ini: Maulid Nabi Muhammad saw dan Hari Bulan Bahasa.

Setiap tahun umat Islam bersuka ria memperingati kelahiran baginda agung Rasulullah saw. Bentuk suka ria yang diekspresikan dengan caranya masing-masing. Ada yang dengan memperbanyak sedekah, memperbanyak shalawat, ceramah agama, membaca sirah nabawiyyah, dan lain sebagainya. Setiap orang meraih dan merasakan pengalaman spiritualnya sendiri-sendiri. Masing-masing menunjukkan kebanggaannya sebagai umat Rasulullah saw.. Juga, menjadikannya sebagai teladan/role model dalam kehidupannya sehari.

Jamak kita dengar pada peringatan maulid nabi kisah tentang garis keturunan Baginda yang dirunut hingga nabi sang kekasih, tentang kejujurannya, atau tentang kesuksesannya, dan masih banyak lagi. Dengan harapan kisah-kisah itu menjadi inspirasi di kemudian hari.

Dan kali ini, entah bagaimana mulanya, saya menangkap satu hal dari kenabiannya: perintah membaca, Iqra—meskipun saya tahu bahwa ini bukanlah momentum nuzululquran.

Kanjeng Nabi saw. yang dikenal sebagai ummi menerima wahyu pertamanya yang memerintahkan kita, para pengikutnya, untuk gemar membaca. Iqro. Tentu saja bukan sekedar membaca secara literer tetapi keterampilan membaca fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya. Dengan kemampuan yang demikian Rasulullah saw. benar-benar menjadi sumber khazanah ilmu pengetahuan, cahaya, dan kebijaksanaan.

Contoh yang sering kita dengar adalah ketika datang seorang badui yang bertanya tentang amalan Islam. Lantas Rasulullah saw. hanya memerintahkan pada lima perkara itu saja: syahadat, salat, zakat, puasa dan haji. Sebab, badui yang awam itu akan lari dari Islam apabila menanggung kewajiban selain itu. Ada juga kisah tentang Sahabat yang ditegur oleh Rasulullah saw. karena membaca surat yang sangat panjang dalam salat jamaahnya sebab bisa saja di antara para makmum itu memiliki keperluan yang sangat mendesak di luar sana.

Kemampuan seperti ini bisa dilatih sebagaimana pendidikan yang dialami oleh Rasulullah saw. Kita tahu bahwa Rasulullah saw. adalah seorang penggembala. Pekerjaan yang dilakukan sejak kecil itu tentu saja menumbuhkan keterampilan, keuletan dan kecekatan, kecermatan, dan empati untuk mengayomi dan membimbing. Pada kasus di atas, kalau itu terjadi pada kita, mungkin kita akan menjawab secara gebyah-uyah.

Saya tidak sedang mengajak untuk menjadi penggembala supaya memiliki etos seperti Rasulullah. Sekarang ini banyak medium yang bisa kita gunakan untuk melatihnya—tidak harus menjadi penggembala dan peternak, apalagi ternak akun. Terlebih lagi di sekolah, yang sudah beberapa tahun ini menggalakkan gerakan literasi untuk memenuhi pembelajaran abad 21. Di sana guru dapat dengan mudah menskenariokan kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk menanamkan karakter-karakter pada diri peserta didik: bermain, menyampaikan opini, praktikum, outbond, dan lainnya. Rancangan simulasi-simulasi ini tidak lain adalah bagian telaah literasi.
Iya, kegiatan literasi (membaca, iqra), adalah pintu awal meraup khazanah ilmu pengetahuan.

Kita yang milenial dan mereka yang Gen Z benar-benar mengalami tantang besar dalam hal literasi. Distribusi buku yang tidak gampang, honor penulis yang tidak lumayan, harga buku yang tidak murah, maraknya pembajakan, belum lagi distraksi dari teknologi yang membuat jarak cukup lebar antara pembaca dan buku. Masing-masing memberi dampak pada indeks penjualan buku. Sehingga, kita sering dituduh sebagai negara yang rendah literasi.

Dan semoga momen maulid Nabi dan hari Bulan Bahasa yang terjadi di bulan yang sama ini bisa menjadi pengingat bagi kita tentang pentingnya aktivitas membaca. Iqra.

Komentar Anda