Rumah Dingkelik

Rumah Dingkelik

Seorang Ahli Ilmu yang Memiliki Adab

Written by M. Farhan Syakur

Published On: April 15th, 2018Categories: Jejak JemariTags: 3.2 min readViews: 1026

Kalau masih ada seseorang yang berpendapat ‘buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya juga jadi kuli’ maka sesunggunya orang tersebut tidak mengerti betapa mulia derajat orang memiliki ilmu.

Memaknai firman Allah Taala “Allah mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”, Ibnu Abbas ra. berpendapat bahwa derajat ulama (orang-orang yang berilmu) di atas derajat orang yang beriman sebesar 700 derajat yang mana jarak satu derajat ke derajat berikutnya selama 500 tahun.

Hadrotus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan mengenai ayat tersebut bahwa mereka yang karena ilmunya akan diangkat derajatnya adalah mereka yang mampu mengamalkan antara ilmu yang dimiliki dengan amal ibadah sehari-hari.

Allah Taala pun menyinggung secara khusus bahwa di antara hamba-Nya yang memiliki rasa takut (khosyyah) kepada Allah adalah para ulama. Bahkan Rasulullah Saw menyebut para ahli ilmu (ulama) sebagai pewaris para nabi. Sangat jelas tentunya mengapa para ahli ilmu memiliki kedudukan sekaligus peran yang besar dalam kehidupan. Sebagai pewaris para nabi, mereka adalah pemegang panji-panji cahaya Allah, menjadi yang terdepan dalam menjaga ajaran agama.

Tentu saja sesuatu yang mulia dan berharga tak didapat dengan mudah. Mereka yang bergelut dalam pencarian ilmu pengetahuan kerap dihadapkan pada permasalahan yang pelik. Berbagai gangguan yang datangnya bisa dari arah mana saja. Terkadang datang dari materi atau lingkungan belajar, kadang pula datang dari keluarga atau teman sejawat. Belum lagi, permasalahan pribadi—baik yang bersifat jasadi maupun rohani—bisa datang sewaktu-waktu.

Namun tak perlu dikhawatirkan. Selama niat dan tekad mencari ilmu itu datang dari hati demi mencari ridho Ilahi, permasalah-permasalahan itu akan terurai juga. Perjalanan yang penuh susah payah ini adalah penyaring layak-tidaknya seseorang masuk dalam khazanah hadroh ilahiyah. Perjalanan yang oleh Rasulullah disebut dengan “perjalanan mencari ilmu adalah perjalanan menuju surga.” Bahkan telah masyhur bahwa siapa yang melangkahkan kaki keluar rumah untuk mencari ilmu maka Allah akan mengutus malaikat, ia bentangkan sayapnya untuk melindunginya dari marabahaya.

Para ahli ilmu adalah orang-orang yang dinantikan kehadirannya di masyarakat. Sesuai dengan ilmunya permasalahan yang muncul di lingkungannya diharapkan dapat terurai dan terselesaikan. Menurut Abu Muslim Al-Khoulani bahwa ulama di muka bumi seperti bintang di langit. Jika ia muncul maka orang-orang mendapati jalannya dan jika ia sembunyi mereka akan kebingungan.

Namun berilmu saja tidak cukup. Orang berilmu harus menghiasi diri dengan adab dan tata krama yang baik. Hasil akhir dari belajar di sana sini menuntut ilmu adalah keluhuran akhlak. Sebab ilmu tanpa adab adalah kesombongan dan kecongkakan. Alih-alih ilmu pengetahuannya diharapkan menjadi cahaya terang di tengah masyarakat, justru masyarakat terpecah dalam kegaduhan karena fatwa-fatwanya.

Habib ibnu Syahid pernah berwasiat kepada anaknya, berdekat-dekatlah dengan ahli fikih dan belajarlah adab tata krama dari mereka. Sesungguhnya hal tersebut lebih aku cintai dari hadits.

Para ulama terdahulu memberi nasehat: tauhid mengharuskan iman, barang siapa tidak memiliki iman maka ia tidak bertauhid. Iman mengharuskan syariah, barang siapa tidak menjalankan syariah maka ia tidak beriman dan bertauhid. Syariah mengharuskan adab tata krama, barang siapa tidak memiliki adab tata krama maka ia tidak menjalankan syariah, iman dan tauhid.

Demikian nasehat-nasehat penting dari Hadrotus Syeikh KH Hasyim Asy’ari yang disarikan dari kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim. Semoga dapat menjadi pengingat kita tentang pentingnya mencari ilmu dan tata krama. Di antara kita yang sudah lama beranjak dari ayunan dan belum terbaring di liang lahat, masih terbentang kesempatan untuk senantiasa mencari ilmu.

Di kitab Taklim Mutaallim disebutkan bahwa kita tidak diwajibkan mencari semua ilmu pengetahuan, tetapi yang wajib bagi kita adalah mencari ilmu hal, “Seutam-utamanya ilmu adalah ilmu hal, dan seutama-utamanya amal adalah menjaga hal.

Yang dimaksud dengan ilmu hal di sini adalah keadaan yang terjadi pada saat itu juga. Ketika akan melaksanakan salat, maka kita wajib membekali diri dengan ilmu tentang salat. Ketika akan puasa, maka wajib membekali diri dengan ilmu tentang puasa. Ketika menikah maka wajib mempelajari ilmu tentang hak/kewajiban suami-istri, dan lain sebagainya.

Semoga Allah memudahkan urusan kita dalam menapaki jalan pewarisan para nabi.

Artikel terkait …

By |2019-07-30T16:44:39+07:00April 15th, 2018|Jejak Jemari|0 Comments

Leave A Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Go to Top