Di Australia, rombongan kami banyak dibantu keluarga Bapak Asroni. Mereka menjamu kami dengan hangat, bahkan sejak kami masih Indonesia. Sebelum dihantar ke apartemen, kami diajak mampir ke rumahnya di daerah Rosebank Ave. Padahal jarak dari Rosebank Ave ke City Road 163 Vic tempat kami menginap lumayan jauh.

Keramahtamahan mereka terus mengalir, menghangatkan tubuh kami yang belum terbiasa dengan musim dingin di Australia. Saling tanya kabar keluar dari mulut kami. Juga pertanyaan-pertanyaan tentang rencana perjalanan kami.

Hingga kemudian kami mulai mendiskusikan tentang perkembangan Islam di sini. Mengingat Pak Asroni aktif di komunitas IMCV(Indonesian Muslim Community of Victoria) ini maka kami pikir tepatlah kami bertanya. Tentu saja ia tidak mewakili organisasi tetapi pengalaman dan keterlibatannya di sana tentu menjadi modal yang baik untuk menyampaikan berita.

Sebelumnya, saya tidak pernah mendengar IMCV. Dari beliaulah saya mendengar beberapa aktifitas organisasi ini. Sebagaimana umumnya para perantauan, IMCV merangkul para muslim Indonesia yang bermukim di sana, mempererat hubungan kekeluargaan, mengadaan kegiatan keislaman, bahkan mengkampanyekan Islam untuk mengurangi islam pobia.

Setelah beberapa tahun aktif dalam berbagai kegiatan, termasuk permohonan izin untuk membangun masjid, akhirnya IMCVmendapatkan izin dari otoritas setempat untuk membangun masjid di sana. Dan, ada catatan khusus. Nantinya, masjid yang dibangun tidak boleh menonjolkan simbol-simbol keislaman.

Ada rasa turut senang atas perizinan tersebut. Secara bersamaan muncul tanda tanya tentang catatan khusus itu. Pak Asroni menceritakan beberapa alasannya tetapi saya tidak bisa menceritakannya di sini. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan tekad. Justru semangat ngurip-ngurip agomodi sana semakin membara.

Beberapa cerita menarik tentang kegiatan-kegiatan di masjid itu diceritakan kepada kami. Ada seorang anak yang sangat ingin mengikuti kegiatan di masjid. Sayangnya tidak dengan orangtuanya. Saat pertama kali mengantar anaknya ia menunjukkan sikap kurang bersahabat. Lambat laun sikapnya berubah bersamaan dengan perubahan sikap anaknya. Yang mulanya hanya drop off,ia mulai datang lebih awal hingga akhirnya pakaiannya pun menyesuaikan supaya terlihat sopan ketika di masjid.

Pada Ramadan yang lalu, IMCVpun mengundang para dai dari Indonesia untuk mengisi pengajian Ramadan. Tak terkecuali beberapa dai dari Bandarlampung. Karena di rombongan kami pun ada ustad Zulfikar MN dan ustad Fahrul Rozi, Bapak Yayasan merekomendasikan—dengan nada guyon—suatu Ramadan nanti mereka yang akan mengisi pengajian di sini. :D

Saya semakin penasaran ingin melihat langsung masjid itu. Baitul Makmur namanya. Sekitar lima atau sepuluh menit perjalanan mobil dari rumah Bapak Asroni. Rupanya memang tidak terlihat seperti masjid. Tidak ada kubah atau pengeras suara. Atau ornamen lainnya yang menyatakan bangunan tersebut adalah masjid. Ya Karim, semoga cahaya Ilahi memancar terang dari masjid ini.

Foto di depan masjid Baitul Makmur, Rosebank Ave.

Foto di dalam masjid Baitul Makmur, Rosebank Ave.

Di ruang tamu itu Pak Asroni menceritakan perihal menarik lainnya. Masih tentang Islam. Kali ini tentang musium Islam di Melbourne.

Islam datang ke Australia bukanlah baru-baru ini. Ternyata jauh-jauh hari sebelum Captain Hook mendarat di tanah Aborijin. Kita bisa menyimak sejarah kedatang Islam di Islamic Museum of Australia. Sayang sekali kami tidak sempat mengunjungi museum tersebut.

Di museum itu ada catatan asal muasal kedatangan Islam ke Australia. Orang-orang Bugis mendahului Captain Hook. Tidak heran kalau terdapat komunitas muslim di suku Aborijin. Setelah orang-orang Bugis datang dalam misi perdagangan, orang-orang dari Afganistan kemudian menyusul. Kalau kita temui onta di Australia, orang Afganistanlah yang membawanya. Bahkan masih terdapat masjid yang berdiri kokoh, masjid peninggalan generasi pertama kedatang Islam di sana.

Pengalaman perjalanan ke Australia kali ini memberikan pelajaran yang sangat berarti bagi saya. Tidak hanya tentang kultur dan budayanya, namun juga tentang persaudaraan, kelapangan hati, dan erat tangan saling bergandengan. Semoga, saudara-saudara di perantauan sana menjadi wasilahberpendarnya cahaya Ilahi. **

Komentar Anda

  1. anazkia July 11, 2018 at 1:05 pm - Reply

    Alhamdulillah….
    Pengalaman yang sangat berharga

    • M Farhan Syakur July 12, 2018 at 2:05 pm - Reply

      Alhamdulillah… Jadi nambah wawasan.