Beberapa hari yang lalu saya menemani kepala sekolah. Tidak hanya berdua tentu saja. Ada rekan-rekan lainnya. Berdelapan. Lantas kami bertemu Pak Gunadi, Ketua Yayasan kami. Kami mengunjungi salah satu sekolah Islam di Jakarta. SMP Islam Al-Azhar 1. Jelas kami punya misi.
Ini bukan Mission Imposible. Justru sebaliknya. Ini benar-benar a mission possible.Kami ingin belajar tentang Smart Classroom Management. Inilah pembelajaran abad 21. Pembelajaran yang mengedepankan 4C dan pemanfaatan teknologi untuk menopang pembelajaran.
Di sana kami disambut hangat. Ramah sekali. Pak Mustasyar dan Pak Abdul Hamid. Kami dijamu di ruang IT sebagai pusat control untuk smart Classroom. Dan di ruang inilah kami berdiskusi tentang apa itu Smart Classroom.
Tantangan dibalik Modal Investasi yang Besar
Implementasi sistem informasi membutuhkan modal yang besar. Sangat besar untuk ukuran saya. Infrastrukturnya dibangun dengan biaya yang tidak sedikit. Pengadaan server, pc, jaringan, dan perangkat lainnya. Dan Ipad itu juga yang akan digunakan dalam pembelajaran. Maka, investasi yang terpenting di sini adalah investasi manusianya. Gurunya.
Para brainware inilah yang akan menjadi suksesi implementasi sistem Smart Classroom ini. Ini bukanlah gaya-gayaan, bukan untuk pansos atau demi eksistensi yang absurd itu. Ke sana kemari melalui lorong kelas dengan menenteng Ipad. Memegang layar datang sambil gulir kanan-kiri, atas-bawah sambil menerangkan materi di depan siswanya. Bukan! Smart Classroom harus menjadi jawaban atas perkembangan teknologi yang tengah merambah sendi-sendi kehidupan kita.
Ketika ide ini dicetuskan kami tampak ragu. Sebab, menilik penggunaan sistem yang sekarang berjalan saja belum begitu optimal. Banyak faktor yang melatarbelakangi kinerjanya. Apalagi, kalau kami harus beralih dari penggunaan buku dan laptop ke ipad. Banyak tantangan yang harus dijawab secara positif.
Tantangan pertama adalah perubahan mindset. Barangkali tidak akan membutuhkan waktu yang lama untuk menyeragamkan visi terkait implementasi Smart Classroom ini. Sebab, peserta didik, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan di sini sudah terbiasa dengan sistem informasi dan teknologi. Walau begitu tentu saja butuh waktu untuk menyamakan visi bahwa ipad yang ada di tangan ini adalah alat belajar.
Tantangan kedua adalah peningkatan kreatifitas tenaga pendidik. Metode pembelajaran abad 21 tidak lagi menempatkan guru sebagai keran ilmu pengetahuan. Ia bukan satu-satunya sumber/rujukan. Yang dibutuhkan saat ini dalam pembelajaran adalah kemampuan membimbing peserta didik dalam proses elaborasi materi pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru harus cakap dalam menyajikan materi. Ditambah lagi, implementasi Smart Classroom ini akan mendigitalkan semua buku pelajaran yang akan hadir, diakses kapan dan di mana saja, ada atau tidak ada guru. Bayangkan, apa yang akan terjadi jika guru masih terlalu fokus pada buku pelajaran.
Tantangan ketiga adalah sistem jaringan yang baik. Salah satu penghambat membandelnyapada brainware di sekolah adalah perangkat jaringan yang sering meleset dari ekspektasi. Inginnya cepat eh dapatnya lemot. Tentu saja ini tuduhan yang serius tetapi berdasar. Inilah modal materi yang paling besar. Syukurlah, saat ini sekolah sudah memiliki perangkat jaringan. Meskipun masih ada beberapa yang perlu mendapatkan perawatan dan peremajaan. Kami para guru tengah menunggu realisasi pengadaan alat belajarnya: ipad.
Ketika ide ini tersampaikan kepada tenaga pendidik, beberapa guru bertanya langsung kepada saya. Yang paling banyak ditanyakan adalah apakah ipad dapat menggangi peranan laptop; apakah pembelajaran akan efektif sebab siswa bisa saja browsing ke sana kemari; apakah sekolah akan menfasilitasi guru dengan ipad atau beli sendiri.
Kunjungan ke Al Azhar memberikan jawaban yang kami cari. Apple memberi dukungan pada pendidikan dengan merilis aplikasi yang mendukung sistem Smart Classroom. Saya belu mengenal detailnya tapi simulasi pembelajarannya waktu itu memberi keteguhan di hati saya. Kami siap, insyaallah. Jawab lainnya yang sangat melegakan kami, para tenaga pendidik, bahwa Yayasan akan bertanggungjawab atas perangkat yang dibutuhkan untuk implementasi sistem ini. Termasuk pengadaan ipad untuk guru. Di ruang itu kami bersorak meskipun lirih.