By |Published On: April 4th, 2020|0 Comments on Outing Class, Belajar Rame-rame|Views: 140|

Konsep pembelajaran yang populer dan menjadi program favorit anak-anak adalah outing class. Kegiatan outing class sebenarnya adalah keminggris dari kegiatan pembelajaran ‘yang gak melulu di dalam kelas’.

Pembelajaran di luar kelas ini bukan sekedar meninggalkan bangku dan kelas lalu lari ke lapangan. Konsep terpenting dari kegiatan ini adalah peserta didik mempelajari kompetensi secara aktual. Misalnya, untuk memahami proses kegiatan pementasan drama maka peserta didik tidak hanya belajar secara teori. Mengingat Lampung memiliki Taman Budaya maka peserta didik diajak untuk berkunjung, menonton pementasan, bahkan mementaskan di sana.

Saya teringat ketika guru PAI memasuki materi jual beli (al-buyu’). Pada saat itu fenomena masyarakat sedang gandrung meninggalkan bank konvensional dan beralih ke bank syariah. Lantas si guru mengajak peserta didik berkunjung dan bersekolah langsung kepada pelaku bank syariah di Bandar Lampung. Di sana mereka belajar tentang perbedaan sistem kedua bank tersebut.

Masih ada lagi. Ketika guru Kewirausahaan mengajak peserta didik untuk praktik langsung merencanakan penjualan sebuah produk lalu mengeksekusinya di pasar. Tak hanya sekali dua kali mereka mempraktikkannya di PKOR—saat itu orang-orang masih bebas menggelar lapak di emperan stadioin Sumpah Pemuda, PKOR.

Apakah semua berjalan tampak indah seperti itu?

Hhmm, tentu tidak. Kan ada kombantrin. Karena kemudian tren itu bergeser. Dari konsep belajar sambil refreshing menjadi refreshing sambil belajar lantas menjadi refreshing saja. Untungnya, yang begini kemudian ditegur. Saya pernah tidak mengizinkan kegiatan outing class karena track record-nya seperti ini. Tentu saja saya mendapatkan aduan dari peserta didik. Saya tak bergeming sebab teguran seperti ini kadang kala lebih indah.

Outing class tidak lagi sepopuler dulu kecuali bagi new comer—kelas 7 atau kelas 10.

Ada beberapa batu sandungan. Di antaranya seperti ini. Kegiatan outing yang dilakukan di hari aktif memakan waktu cukup lama. Hampir seharian. Seandainya outing dilakukan hanya oleh satu mata pelajaran maka bisa ditebak jatah tiga pelajaran lainnya akan direbut. Tentu saja tidak fair. Kami memberikan solusi supaya guru berkolabirasi untuk menjalankan outing: mencari irisan kompetensi dasar dari lintas pelajaran. Sayangnya, tidak banyak pelajaran yang memiliki irisan kompetensi yang mirip apalagi serupa.

Batu sandungan lainnya adalah perihal administrasi. Nyatanya, tidak semua guru telaten mengurus administrasi kegiatan: menyusun rancangan kolabirasi, pengajuan proposal, laporan pertanggungjawaban, dan lainnya. Ya, kan? Selain itu, hubungan antara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan perihal yang seperti ini—administrasi—sering bikin berkeringat.

Namun, bagaimanapun juga kegiatan Outing Class tetap menjadi kegiatan favorit. Tak hanya anak-anak di kelas yang menanti pengumuman kegiatan outing. Walikelasnya juga. Biar pun ada batu sandungan, luka oleh sebab batu itu bisa diobati di UKS.

Komentar Anda