Setiap muslim tentu saja menunggu-nuggu kedatangan Ramadan. Ada ribuan alasan mengapa bulan suci ini dinantikan. Orang-orang berilmu nan adiluhung memanfaatkan Ramadan untuk pensucian diri. Nilai ibadah, zikir, amal saleh lainnya di bulan Ramadan berganda dan berlipat-lipat. Moment paling baik untuk mengawali langkah menjadi orang baik.

Sementara itu ada juga orang yang senang dengan Ramadan karena pintu rejeki yang tambah lebar. Lihat saja acara sahur on the road, ngabuburit, buka puasa bersama, yang semakin menambah pundi-pundi kekayaan jasa katering. Setidaknya penjual sayur. Yang seharusnya Ramadan dijadikan momen untuk mengekang urusan perut dan di bawah perut tampaknya sia-sia. Jadi, yang katanya Ramadan mengurangi penghasilan warung makan, ah belum tentu.

Yang rejekinya jadi seret di bulan Ramadan ya khusnuzan aja. Barangkali selama sebulan ini diminta untuk madep mantep kepada Gusti.

Ada juga yang senang dengan kedatangan Ramadan karena di akhir bulan dapat tunjangan hari raya, dapat libur panjang untuk ketemu keluarga.

Tapi eh tapi, apa iya Ramadan akan dibiarkan begitu saja. Padahal kalau memang akan dapat tunjangan ya sudah gak usah dinanti-nanti toh nanti dapat. Kalau memang Ramadan menambah daftar belanja justru ini momen untuk mencoret beberapa daftar belanja.

Jadi tinggal apa sekarang?

Ya apa salahnya meniru para alim yang waskita itu. Menjadikan Ramadan sebagai sarana penempaan supaya sari pati tanah yang ada dalam tubuh ini terpisah dari lumpur yang mengotorinya.

Caranya? Ya siap-siap dari sekarang:

Puasa Sunnah

Karena ramadan adalah bulan puasa maka yang kita latih sedari sekarang adalah berlatih puasa. Puasa Senin-Kamis atau puasa ayyamul bidl. Bisa juga memuasakan diri dari kebiasaan ngemil. Ya dikurangi dikit-dikit. Bukannya malah dipuas-puasin mumpung belum bulan puasa.

Bisa juga membekali diri dengan bacaan yang dapat memperkhusyu’ aktifitas puasa nanti. Jadi, bukan sekedar merasakan lapar dan dahaga. Saran saya cobalah baca buku Cak Nun yang judulnya Tuhan Pun Berpuasa.

Baca Alquran

Sebaiknya bukan karena bulan puasa kita banyak baca Alquran. Di hari-hari lain pun tetap demikian. Selain karena pahala satu huruf dalam Alquran setara dengan sepuluh kebaikan, membaca Alquran ternyata ibadah sunnah yang sangat mulia.

Saya teringat nasehat guru TPA kala itu. Afdlalul ibadati ba’da farïdloti tilawatu al-quran. Seutama-utamnya ibadah setelah ibadah fardlu adalah membaca Alquran.

Tapi bagi pemula, istiqomah membaca Alquran memang butuh tenaga dan perjuangan. Jangan samakan dengan para ekspert yang bisa melahap satu hari satu juz bahkan lebih. Jadi, yang utama bukan memborong khatam satu hari setelah itu puasa baca Alquran. Yang namanya pemula yang wajar kalau perlahan-lahan. Kenapa tidak memulai dengan sehari satu atau dua lembar. Mengawali aktifitas baru ya jangan langsung gas polll….

Ups, satu lagi yang perlu diingat. Membaca Alquran adalah urusan sunah. Hanya dirimu yang harus tahu. Gak usah keras-keras bacanya atau di tempat umum pula. Dari pada terserang penyakir riya. Toh, orang-orang di sekitar bisa jadi berprasangka dan nyinyir.

Perbanyak Salat Sunah

Kalau pas rame, salat sunah ini gampang banget dilakuin. Entah ya… karena ada desiran yang agak gimana gitu. Tapi coba kalau sendirian di rumah? Mau berangkat ambil air wudu pun berat bukan kepalang.

Memang begitulah. Namanya juga amalan sunah. Sudah semestinya disembunyikan. Latihannya sendirian saja di rumah. Setelah salat fardu, sebelum tidur, sebelum berangkat bekerja, dan waktu-waktu lainnya.

Apa mesti selalu gak kelihatan orang lain?

Ya gak segitnya. Kalau sunnah tahiyyatul masjid ya pasti ketemu banyak orang. Maksudnya, menyendiri supaya terjauh dari keinginan untuk pamer. Tapi kalau harus dilaksanakan di antara banyak orang ya mau gimana lagi. Seperti shalat tahiyatul masjid tu tadi.

Kalau yang ini bisa dibiasakan, jangankan salat tarawih delapan rekaat, yang dua puluh rekaat pun let’s go.

Ringan Tangan untuk Bersedekah

Kebiasaan rutin saudara-saudara kita, barangkali, memasukkan uang beberapa ribu ke kotak amal saat salat Jumat. Itulah sedekah bagi mereka yang berlimpah rejeki lebih dari cukup. Nah, bagi sobat misquin apa yang mesti disedekahkan? Ya senyum dong.

Ya, selain senyum apa lagi ya…

Rajin-rajinlah ke masjid. Bantu takmir masjid bersihkan kamar mandi, atau menata sandal jamaah yang acak-acakan. Siapa tahu di dalam ada pak direktur yang ikut salat jamaah.

Lah, terus kenapa?

Ya gak apa-apa. Siapa tahu aja.

Banyak zikir banyak doa

Sebab doa adalah senjata bagi orang-orang yang beriman. Terlebih lagi berdoa memohon keberkahan di bulan Sya’ban dan memohon supaya dipertemukan dengan bulan Ramadan. Allähumma bärik lanä fï rajaba wa sya’bäna waballignä ramadän.

Persiapan-persiapan di atas bisa dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Kalau tidak semua ya bisa satu atau dua saja dulu. Tapi jangan tidak sama sekali. Semoga kita dipertemukan dengan bulan Ramadan dan menjadi bagian hamba-Nya yang memperoleh kemenangan.