By |Published On: February 19th, 2019|0 Comments on 5 Kiat Mendidik Anak untuk Menjadi Hafidz|Views: 480|

Tren menjadi hafidz sedang naik. Bisa jadi karena kesadaran relijiusitas dan kecintaan kepada Alquran yang sedang tumbuh dan mekar. Dan, kita bisa menyaksikan para orangtua berlomba-lomba mendidik anak mereka di pondok atau pesantren tahfidz.

Bisa jadi pula tren menjadi hafidz ini semakin populer sejak televisi mengangkatnya dalam intertainment atau show Ramadan.

Apapun motifnya, kita tidak lantas mengatakan bahwa tren ini tidak baik. Sebab, bagaimana pun juga menjadi seorang hafidz Alquran adalah dambaan setiap muslim. Begitu pula mendidik anak supaa kelak menjadi seorang hafidz. Tak dipungkiri setiap muslim akan mengiyakannya.

Allah telah menegaskan bahwa Ia telah menurunkan Alquran dan Ia pula yang akan menjaganya. Di antara cara penjagaan Alquran adalah terlahir para hafidz dari berbagai penjuru dunia. Mereka ada yang terlahir sebagai kulit hitam, putih, sawo matang, dan lainnya. Ada pula yang menjadi hafidz di usia senja bahkan ketika masih balita.

Itu prolog yang saya buat.

Selanjutnya, bagaimana seharusnya kita mempersiapkan anak menjadi seorang hafidz?

Ustaz Bitoh Purnomo, Lc. menjawab permasalahan tersebut. Beliau menyampaikanya dalam pengajian bulanan keluarga besar Ar Raihan Islamic School di kesempatan yang lalu. Beliau menjelaskan setidaknya terdapat 5 kiat yang perlu menjadi perhatian.

Apakah kelima kiat dalam mendidik anak menjadi seorang hafidz itu? Mari kita simak.

Pertama, keinginan yang kuat dari orangtua

Orang tua memegang peran yang sangat besar dalam pembelajaran anak untuk menjadi seorang hafidz. Dari sisi ruhiyah, orang tua harus istiqomah dan mendekatkan diri kepada Allah, mendoakan putra-putrinya, dan rido kepada mereka untuk menjadi seorang hafidz. Selain doa dan rido, orangtua dituntut menjaga kualitas hidup putra-putrinya. Seperti menjaga pergaulan, melatih kedisiplinan, murojaah, dan lainnya.

Kedua, menjaga daging yang tumbuh pada anak

Sudah sepatutnya orang tua menjaga betul nafkah yang dikaisnya terjauh dari perkara-perkara yang subhat apalagi yang haram. Mempersiapkan anak menjadi hafidz berarti menjaga anak dari asupan makanan atau minuman yang haram, baik secara langsug maupun tidak langsung.

Ada sebuah kisah yang bisa diambil ta’birnya. Kisah ini tentang orang tua Imam Syafi’i yang menitipkan anaknya kepada tetangganya. Pada saat itu, Syafi’i kecil menangis dan tak kunjung berhenti. Sementara kedua orangtuanya tidak kunjung pulang. Tetangganya pun mengambil inisiatif untuk menyusui Syafi’i kecil.

Ketika orangtuanya pulang si tetangga menceritakan perihal peristiwa tersebut. Setelah kembali ke rumah, ayah Imam Syafi’i memasukkan jarinya ke mulut Syafi’i kecil hingga muntah. Alasan ayah imam Syafi’i melakukan hal tersebut karena tetangganya adalah seorang penggembala kambing. Terkadang kambingnya masuk ke kebun orang lain dan memakan rumput di sana tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Begitulah cara orangtua Imam Syafi’i menjaga keluarganya dari makanan dan minuman yang haram bahkan makanan yang subhat.

Ketiga, memperdengarkan Alquran sejak dalam kandungan

Ada banyak cara memperdengarkan Alquran kepada janin. Namun, yang paling utama adalah bacaan langsung dari orangtuanya. Meskipun tidak menutup kemungkinan untuk memperdengarkan Alquran melalui audio player. Semakin sering diperdengarkan semakin baik untuk perkembangan janin.

Keempat, menyusui anak dalam keadaan suci

Mengingat ASI adalah asupan utama bagi anak alangkah baiknya menjaga diri dan cara menyusui anak. Utamanya adab menyusui adalah dalam keadaan suci. Bagaimana dengan bunda yang sedang haid? Disarankan untuk tetap bersuci dengan niat mengambil barakah dan manfaat dari berwudu, bukan untuk menghilangkan hadas.

Kelima, mencintai Ahlul Quran

Mencintai para ahlul Quran bisa diekspresikan dalam berbagai cara. Bisa melalui silaturrahim dan meminta doanya secara langsung. Bisa juga dengan berbagi rejeki dan infaq. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan atas kemulyaan yang telah Allah taala anugerahkan kepadanya.

Kiat-kiat di atas perlu menjadi perhatian bagi setiap orangtua sehingga mempermudah jalan pendidikan putra-putrinya untuk mejadi seorang hafidz. Wallahua’lam.

Komentar Anda